Senin, 29 Agustus 2016

Kita hanya butuh jeda, bukan luka.

Ada saatnya kita akan dihadapkan pada masa masa sulit. Kamu atau aku yang terlalu sibuk, sementara curiga tumbuh dan mulai melemahkan.
Barangkali yang meresahkan pada saat yang sama kita juga sedikit waktu untuk bertemu dan saling menjelaskan. Waktu seolah tidak ingin berpihak kepada kita. Padahal kita sama sama tau, bertemu adalah salah satu cara terbaik, sebab terlalu banyak kabar yang tidak baik dibawa oleh angin. Dan semua itu butuh penjelasan, butuh pertemuan agar tidak tumbuh keraguan dan kerancuan.
Namun apa daya, ada hal hal yang memenjarakan kita.

Pahamilah, setiap orang yang berkasih sayang akan mengalami hal yang sama, hanya saja ada yang melaluinya dengan baik ada yang tidak.
Akan ada fase ketika dua orang yang ditimpah masalah mereka harus terpisah, harus menunda, dan menunggu waktu yang baik untuk bertemu.
Kalau sudah begini harus dipahami bahwa kita sedang menunggu waktu untuk mendapatkan solusi, bukan waktu senggang lantas mencari selingan hati.
Kita harus menyelesaikan semuanya dengan baik, sebab kita mulai dan menjalaninya dengan awal yang baik.
Kita akan kembali melanjutkan dengan segala yang pernah kita rencanakan.

Saat dua orang lelah yang dibutuhkan hanya menikmati jeda agar kuat lagi untuk mengalahkan rimba.
Begitupun saat dua orang ditimpah masalah. Yang dibutuhkan hanyalah duduk berdua, menenangkan kepala, saling mendengarkan, dan bergantian berbicara. Redahkan ego. Yakini satu hal, kita sedang mencari titik terang bukan mengemukakan emosi melakukan perang.
Jika memang belum waktunya untuk saling bicara mari kita menikmati jeda.
Lakukan hal yang membuat kita kembali jatuh cinta.
Barangkali saling jauh sejenak bisa kembali menumbuhkan rindu.
Renungkan lagi bagaimana kerasnya kita saling memperjuangkan dulu.
Kita selalu berkesempatan menentukan akhir kisah ini kan? Menjadi hujan, senja, ataupun kenangan.

Berilah jarak dan jedah jika memang semua itu bisa mengembalikan perasaan yang dulu kita puja.
Sebab aku masih ingin denganmu saja.
Aku tahu kepalamu bisa jadi lebih batu dari egoku. Tetapi kamu harus pahami, bukan itu yang menjadikan kita saling mengerti.
Tenangkanlah segala resah.
Tidak usah memaksakan bicara seketika jika kesal rasanya.
Pelan pelan saja.
Ingatlah bahwa ada bahagia yang harus kita jaga. Sebab setelah kelelahan panjang ini kita akan kembali saling mengerti...
.
.
bahwa kita memang diciptakan untuk bersama, bukan berpisah ujungnya.