Kepada Tuan yang saat ini sudah pergi
Aku tak tahu lagi, bagaimana kabarmu saat ini
Sungguh, menahan diri dari bertegur sapa denganmu, tak kukira akan seberat ini
Namun demi diriku sendiri, aku harus kuat menahan ingin apapun
Yang berhubungan denganmu
Mungkin kau tak pernah merasanya
Aku tak peduli
Bukan waktuku lagi untuk berpikir sejauh itu, saat ini
Aku tak tahu lagi, bagaimana kabarmu saat ini
Sungguh, menahan diri dari bertegur sapa denganmu, tak kukira akan seberat ini
Namun demi diriku sendiri, aku harus kuat menahan ingin apapun
Yang berhubungan denganmu
Mungkin kau tak pernah merasanya
Aku tak peduli
Bukan waktuku lagi untuk berpikir sejauh itu, saat ini
Tapi dalam tulisan kali ini
Biarlah aku singkirkan semua pertahananku untuk tak menulis selain tentangmu
Karena kali ini, semoga benar yang terakhir kali
Aku ingin merasa lega
Karena berhasil menulis apa yang hatiku rasa
Biarlah aku singkirkan semua pertahananku untuk tak menulis selain tentangmu
Karena kali ini, semoga benar yang terakhir kali
Aku ingin merasa lega
Karena berhasil menulis apa yang hatiku rasa
Tuan, bagaimana kabarmu?
Dengan atau tanpa aku, aku yakin kau akan baik-baik saja
Karena di sana, mungkin telah ada dia
Dengan atau tanpa aku, aku yakin kau akan baik-baik saja
Karena di sana, mungkin telah ada dia
Tuan, bagaimana dengan kebiasaan-kebiasaan burukmu?
Aku mungkin begitu bodoh, karena sampai detik ini aku masih mengkhawatirkanmu
Hal yang seharusnya tak perlu lagi kulakukan
Ya, semuanya sudah berganti dengan doa saja, pada Tuhan
Aku mungkin begitu bodoh, karena sampai detik ini aku masih mengkhawatirkanmu
Hal yang seharusnya tak perlu lagi kulakukan
Ya, semuanya sudah berganti dengan doa saja, pada Tuhan
Tuan, aku mungkin bukan yang terbaik untukmu
Kau pun mungkin bukan yang terbaik untukku
Dan kita, sudah pasti bukan yang dijodohkanNya
Betapa sakit menulis sebuah kalimat di atas
Karena dalam mimpi pun, masih selalu kau yang kuharap menjadi pendampingku
Juga menjadi ayah dari anak-anakku
Kau pun mungkin bukan yang terbaik untukku
Dan kita, sudah pasti bukan yang dijodohkanNya
Betapa sakit menulis sebuah kalimat di atas
Karena dalam mimpi pun, masih selalu kau yang kuharap menjadi pendampingku
Juga menjadi ayah dari anak-anakku
Ah, Tuan
Mungkin ini benar akan menjadi surat terakhir untukmu
Karena hatiku butuh jeda
Untuk sembuh dan hidup lagi seperti sedia kala
Sedihku, biarlah disembuhkan waktu
Karena sebelum ini, kita pernah sama-sama bahagia
Sebelum Tuhan mempertemukan kita
Mungkin ini benar akan menjadi surat terakhir untukmu
Karena hatiku butuh jeda
Untuk sembuh dan hidup lagi seperti sedia kala
Sedihku, biarlah disembuhkan waktu
Karena sebelum ini, kita pernah sama-sama bahagia
Sebelum Tuhan mempertemukan kita
Aku tahu, sebuah kalimat “aku akan bahagia, bila kau bahagia” adalah klise
Karena nyatanya, mungkin bahagiaku adalah bahagia yang berbalur sedikit nyeri dalam hati
Saat kutahu kau sudah bersama yang lain
Namun percayalah, aku tetap ingin kau bahagia
Karena nyatanya, mungkin bahagiaku adalah bahagia yang berbalur sedikit nyeri dalam hati
Saat kutahu kau sudah bersama yang lain
Namun percayalah, aku tetap ingin kau bahagia
Berbahagialah, dengan caramu
Dan tolong ingatlah aku
Sebagai perempuan yang pernah begitu dalam mencintaimu
: walau saat ini, aku sudah tak ada dalam pelukmu
Dan tolong ingatlah aku
Sebagai perempuan yang pernah begitu dalam mencintaimu
: walau saat ini, aku sudah tak ada dalam pelukmu
(Tia.S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar