Minggu, 09 April 2017

Reblog : Memaafkanmu adalah proses yang panjang

Menjalani fakta bahwa kau meninggalkanku, demi memberi ruang di hatimu untuk yang lain, tentu saja aku hampir mati. Tidak mati secara raga, tentu saja. Namun mati secara naluri. Serupa enggan mendengar namamu lagi. Serupa enggan mengetahui kabarmu lagi. Serupa berharap, kau selamanya pergi. Mati.

Mengingat kembali segala janji yang kau ucapkan tentang kita di masa lalu, aku serupa menyalakan kembang api dalam hati. Ia meletup di awal dan hampir meledak di akhir. Kutahan sekuat hati. Agar rasa benciku tidak sampai membuatku hilang kendali.

Kau… Sungguh, sejujurnya aku sering bertanya sendiri dalam hati. Pantaskah seorang pengkhianat dimaafkan? Pantaskan seorang pembunuh kebahagiaan diterima maafnya? Pantaskah?

Waktu demi waktu berlalu. Bisu demi bisu. Hening demi hening. Air mata demi air mata. Banyak hal terjadi dalam hidupku. Banyak pembelajaran, banyak proses perbaikan kujalani.

Kau tahu, memaafkanmu sungguh tidak mudah.
Ia adalah proses yang menyakitkan.
Ia adalah langkah penuh keberanian.
Ia adalah jalan yang sangat panjang.

Namun demi apapun juga, memaafkanmu tentu lebih mudah dari memaafkan diri sendiri. Maka, kumaafkan kau dengan segala luka yang kau beri.

Karena pada akhirnya nanti, aku ingin berhasil memaafkan diriku sendiri. Atas kebodohan yang dilakukannya, dengan percaya pada orang yang salah.

( Tia Setiawati )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar